Jejak Islam di Spanyol (II): Alhambra – Benteng Terakhir
Netsains.com – Perjalanan jejak islam berlanjut ke kota Granada. Di sini terletak Alhambra, warisan sejarah dunia berdasarkan UNESCO World Heritage Site yang dinobatkan sejak tahun 1984.
Alhambra merupakan kompleks istana dan benteng yang dibangun pada pertengahan abad ke-13 oleh Bani Umayyah di Al-Andalusia, yang berada diperbukitan kota Granada, sekarang di komunitas otonom Andalusia, Spanyol. Alhambra tidak hanya sebagai bangunan bekas istana raja-raja islam, akan tetapi menjadi bukti sejarah peradaban islam.
Alhambra berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti “yang merah”, atau bentuk lengkapnya adalah Calat Alhambra yang berarti “benteng merah”, yang mencerminkan warna tanah liat merah dari bahan bangunan benteng ini dibuat. Meskipun sebenarnya bangunan dari Alhambra awalnya bercat putih, namun sekarang bangunan terlihat saat ini adalah kemerahan.
Sejarah
Alhambra selesai dibangun menjelang akhir kekuasaan Islam di Spanyol oleh Yusuf I (1333-1353) dan Muhammad V, Sultan Granada (1353-1391). Alhambra merupakan refleksi dari budaya dari hari-hari terakhir Bani Umayyah Granada, tempat di mana seniman dan intelektual muslim berlindung. Alhambra mencampurkan unsur-unsur alami dengan yang buatan manusia, dan merupakan bukti keterampilan tingkat tinggi dari pengrajin Muslim waktu itu.
Awalnya bangunan ini dirancang sebagai kompleks militer, namun kemudian Alhambra dijadikan kediaman dan istana kerajaan islam di Granada pada pertengahan abad ketiga belas, setelah pembentukan kerajaan Bani dan pembangunan istana pertama, oleh raja pendiri Muhammad bin Yusuf ben Nasr, yang lebih dikenal sebagai Alhamar.
Sepanjang abad ketiga belas, keempat belas dan kelima belas, benteng ini diperluas dan penambahan menara pertahanan, yang secara keseluruhan dibagi menjadi dua bagian yaitu area militer atau disebut Alcazaba, dan madinah atau kota pengadilan, dimana Nasrid Palace terletak, tempat raja-raja dan bangsawan menetap.
Penguasa muslim Granada dan Alhambra (ketika itu dipimpin oleh Abu ‘abd-Allah Muhammad XII) menyerah tanpa perlawanan berarti pada tahun 1492, sehingga benteng ini selamat dari serangan Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella I dari Castile yang sudah siap pasukan besarnya. Oleh karenanya, kita masih bisa melihat keindahan dan kemegahan dari Alhambra, karena luput dari penghancuran. Setelah dibiarkan rusak dan terbengkalai selama bertahun-tahun, Alhambra “ditemukan kembali” pada abad ke-19. Yang sekarang menjadi salah satu tujuan wisata utama Spanyol dan peninggalan arsitektur Islam yang paling terkenal.
Kompleks Alhambra
Memasuki kawasan Alhambra seakan-akan berada dalam taman firdaus dan membawa kita merasakan kejayaan islam pada masa lampau, serta larut dalam kekaguman bahwa betapa mahakarya ada disini. Kompleks monumen Alhambra ini meliputi beberapa bagian, yakni Charles V Palace, Medina, Alcazaba, Rauda, Nasrid Palace dan Generalife, yang meliputi wilayah sekitar 142.000 meter persegi. Sebelum memasuki Nasrid Palace, terlihat bangunan Charles V Palace mulai dibangun pada tahun 1533 setelah kota Granada diambil oleh Raja Katolik pada tahun 1492. Ini merupakan salah satu proyek-proyek besar kaisar untuk kota Granada. Alhambra menjadi pilihan untuk konstruksi karena adanya ketertarikan raja terhadap peninggalan istana Arab yang indah dan minatnya dalam melestarikan istana tersebut untuk anak cucu. Di seberangnya terdapat Alcazaba yang merupakan benteng dan pemusatan latihan militer kerajaan.
Nasrid Palace merupakan kompleks istana untuk kediaman raja-raja Granada, dan merupakan daya tarik terbesar dari keselurahan kompleks Alhambra. Pembangunannya dimulai oleh pendiri dinasti Alhamar pada abad ketiga belas, meskipun gedung-gedung yang bertahan sampai sekarang umumnya berasal dari abad keempat belas. Untuk keseluruhan objek Alhambra, hanya di Nasrid Palace ini diberikan jadwal masuk, untuk mengantisipasi membludaknya pengunjung di dalam istana. Meskipun setelah berada di dalam istana tidak dibatasi waktunya.
Terakhir adalah Generalife, merupakan tempat bermain dan bersantainya para bangsawan dan raja-raja. Tempat ini dibuat seperti taman dan air mancur. Asal kata dari Generalife adalah dari bahasa Arab, yakni Yanat- al- Arif artinya kebun arsitek. Yang merupakan symbol bahwa kreasi di dunia ini merupakan dari Allah sebagai arsitek dan pencipta alam semesta.
Seni Islami
Bagi saya, Alhambra merupakan peninggalan seni islam yang luar biasa. Ukiran kaligrafi islam pada batu marmer, ditempelkan pada hampir semua dinding utama istana. Bentuk kolom, muqarnas dan stalaktit pada dekorasi langit-langit, muncul dalam beberapa ruang, dan interior dari semua istana dihiasi dengan tulisan arab dan kaligrafi, yang mempunyai arti tersendiri. Misalnya tulisan “wa la ghalibu illallah” ditulis berulang-ulang di beberapa dinding dan sangat bermotif, yang artinya tidak ada pemenang/kejayaan selain Allah, oleh Zawi ben ZirÃ, pendiri Banu Nasri. Mungkin bermaksud mengingatkan selalu akan kekuasaan Allah SWT. Kaligrafi arab ini berasal dari, antara lain raja-raja Yusuf, Mohammed V, dan Ismail I.
Dinding-dinding Alhambra yang penuh dengan hiasan kaligrafi merupakan tulisan-tulisan kursif dan kufic. Terdapat pula puisi oleh tiga penyair dari Pengadilan Granada, yakni Ibnu al-Yayyab (1274-1349), Ibn al-Jatib (1313-1375) dan Ibn Zamrak (1333-1393), sekretaris dari kedutaan kerajaan dan perdana menteri. Di antara mereka, Ibnu Zamrak dianggap sebagai yang paling cemerlang dari para penyair dari Alhambra.
Dekorasi dalam istana ini menggambarkan sisa-sisa kekuasaan Moorish di Spanyol dan mengantarkan pada akhir periode besar seni di Granada Andalusia. Ukiran dan gaya baru seni islam ini banyak mempengaruhi berbagai bangunan di Spanyol dan beberapa negara lain.
Penutup
Alhambra merupakan bukti akan kejayaan Islam pada masa lampau di semenanjung Iberia. Di kawasan Andalusia ini pula lahir banyak ilmuwan muslim, sebut saja Al Zahrawi (Abulcasis, ahli bedah modern), Ibn Rushd (Averroes, filsafat), Al Idris (pembuat globe atau bola peta dunia), Al Zarqali (Arzachel, astronom, penemu kalender almanak), dan Ibn Firnas (pembuat cikal bakal pesawat terbang dan parasut, dengan mencoba pertama kali terbang dengan bulu-bulu yang menyerupai sayap). Alhambra juga sekaligus menjadi simbol dan benteng terakhir kekalahan Islam di Spanyol. Banyak yang mensinyalir bahwa kekalahan ini akibat dari sang penguasa sibuk dengan tahta, wanita dan kemewahannya, serta lalai akan umat dan agamanya.